IN LOVE IN 17th- Last

TERLAMBAT SUDAH.

BERAKHIR SUDAH.



PS : The last chapter of #Cerbung IN LOVE IN 17th.

Sesampainya aku dilab. Aku terlambat, dan guruku, Bu Fariza, hanya memberikan senyuman sinis dan teguran manisnya kepadaku yang hanya bisa memasang wajah "maafin saya bu". Ku duduki kursi kosong yang disisakan teman-teman sekelasku, paling ujung, peralatannya masih terlihat baru hanya saja headphone nya yang sudah tak berfungsi sebelah. Aya dan Rara yang duduk dibarisan kedua menoleh ke arahku, kami berlabai-lambai tangan kegirangan.
Sampai akhirnya bel istirahat berbunyi, kami semua bergegas ke ruang kelas, mencampakkan tas, mengambil kas, lalu belanja. Eh. Jajan maksudku.
Seperti biasa, semuanya berbondong-bondong menyerbu makanan terfavorite kita disekolah, ada mie caluk, mie pecal, lontong, siomay, bakwan, sampai minuman-minuman klasik seperti sirup merah kuning hijau, nutrisari, milo, sampai yang aneh si extrajoss susu. Aku dan kedua sahabatku selalu memiliki jajanan terbaik yang kami sebut 'AJIBORNIS' kepanjangannya cukup seram, AJInamoto, BORaks, dan pemaNIS. Yap, jajanan kami adalah bakwan, siomay dan milo dingin atau terkadang nurdin, nutrisari dingin. 
Setelah mengantri siomay yang antriannya hampir seperti kerumunan bagi-bagi rejeki, ramai tak henti, kami menuju bakwan nenek, bakwannya lezat untuk disantap bersama siomay. Disana, ada Ferdi dan Rido, juga geng mereka yang seperti boyband, salah satunya ada Dimas disana. Aku cukup grogi. Pecah, ketika Ferdi dan Rido, keduanya berteriak girang,
"eh, HAPPY BIRTHDAY UNGEE, RARA! BALEEEN!!!"
"Dimas, unge ni, ulangtahun dia" Bacot Rido.
My face be like... faded.
Dimas? Pura-pura bodoh dan tersenyum nyengir, unexpected, "bukannya ngucapin" celetuhku dalam hati.
"Makasiih kawan-kawan, dimas ucapin lah untuk kamiii" Rara mempersulit keadaan.
"Makasih ya per, do," Jawabku kalem.
Aya menyahut, "Eleeeh Dimas, liat ni unge udah malas mukanya, ucapinlah biar senang unge ulangtahunnya, yang ke 17 loh, awww"
Aku menginjak kaki Aya. Lalu tanpa apa-apa, semuanya tertawa lepas, mungkin karna wajahku yang mulai aneh dan terlalu merah-merah jambu lucu.
Setelah borong Ajibornis, kami menyantapnya ditempat biasa, DPR. Satu, dua, sampai beberapa teman sekolah kami yang lewat dan mengenal kami, melantunkan ucapan selamat untuk aku dan Rara. Sebenarnya mereka tidak terlalu ingat, tapi, facebook mengingatkan mereka. Tak apalah, aku cukup senang. Terimakasih, facebook.
Berlanjut masuk ke kelas, pintunya ditutup, seperti habis olah raga saja. Kami membuka pintu itu, sontak, satu ruangan bernyanyi "HAPPY BIRTHDAY TO YOU 3x, HAPPY BIRTHDAY UNGE RARA, HAPPY BIRTHDAY TO YOU, Selamat Ulangtahun Unge Rara" *tepuk tangan*
Terharu. "Makasih semua", kataku dan Rara. Kami bincang- bincang, bercanda tentang siapa tua dan siapa selanjutnya, sampai membahas UN kedepan dan tertawa bersama, ributnya mengalahi pasar ikan. Sampai guru pelajaran berikutnya, Fisika, datang. Senyap tak berdosa.
"Kenapa ribut sekali kalian? Ini kelas apa pasar?!" Bu Delima bertanya dengan nada cukup tinggi.
"Ada yang ulangtahun bu" sahut seseorang.
"Siapa ulangtahun? Presiden?" Masih cukup seram, tapi lucu.
Sekelas menunjuk kearah aku dan Rara yang duduknya dideratan yang sama.
"Oh Rara dan Bunga, selamat ya, semoga lulus SMA, masuk kuliah, rajin belajar, sukses selalu. Yaudah sekarang kumpul catatan kalian semua." Mereda dan merayu.
Semua kebingungan, karena Bu Delima tidak memberi aba-aba untuk menyalin catatan minggu yang lalu. Ternyata, Ulangan dadakan sebelum masuk bab baru, atau disebut Pre-Test oleh guru kami yang ini, yang serunya minta ampun.
Pulang sekolah.
Tidak ada siapapun dirumah, Tanteku bekerja, begitu juga dengan Pamanku. Jam masih menunjukkan pukul 13.15. Aku melepaskan pakaian sekolahku, memakai baju rumah, lalu berwudhu, shalat zuhu, dan yang terpenting, makan siang. Selepas makan, aku menyalakan televisi, menonton sambil berbaring dikasur depan TV dengan cemilan setelah makanku. Sampai sore hari pun datang. Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu rumah, ku pikir itu adalah sahabat sebelah rumahku, ternyata, itu adalah...
"mamaaa.. katanya banyak kerjaan ma"
"kerjaan banyak, tapi mama rindu tante Er, mana tante?" celutuk mama.
"masih dikantor, ma"
Panjang umur, tanteku tiba. Dan kedua ibu-ibu kakak beradik ini bercipika-cipiki, dan bla bla bla. 
"kak, coba tes ini mama beli laptop"
"laptop baru? untuk unge kan?" Girang!
"iya, ini hadiah ulang tahun, semoga lulus kuliah nya daftar pake ini ya" 
Yeee. Aku kegirangan dengan hadiah ini. Namun, ada yang kurang.
"maunya ada modemnya, biar bisa pake untuk buka internet" kodeku pada dua ibu-ibu ini.
"yaudah, nanti modem tante yang beliin" sahut tanteku.
Yeee. Double happiness.
****
Malam harinya, aku bertemu Hilma, sahabat rumahku sedari kecil, kami menginap bersama. Berparty bersama laptop baru. Kami suka sekali bernyanyi. Ku buka website "soundcloud" dan mengupload nyanyian kami disana. Cukup amatir. Kami putar kembali, dan tertawa geli bersama. 
"kak unge, selamat ulangtahun ya, Hilma cuma bisa kasi ini" tiba-tiba dia mengeluarkan sesuatu.
"ih apa ini? makasih yaaa, aku buka ya ma"
Sebuah novel terbaru dan bonekaaa, lucunya. Aku terharu lagi. Hilma adalah gadis lajang, ya, dia tomboy, suaranya kasar dan kuatnya minta ampun, tapi dia cantik dan lebih tinggi dariku. Dan sekarang dia membeli boneka lucu, cukup mengharukan.
"makasih Hilmaaa"ucapku. 
Hari ini sungguh indah, ya, In love in 17th. Usia ini cukup spesial, aku semakin jatuh cinta pada orang-orang tersayang disekelilingku. Keluargaku, teman-teman, dan Malik, pria idaman yang jauh disana, teruslah berpijar bintangku. Eits, harusnya ada si Dimas, tokoh cinta dilema SMA yang tak berujung. "Ia tak kunjung tiba, mungkin sampai hari-hari berikutnya pun sama". Itu adalah status facebook ku yang terakhir. Semua manusia alay mengomentari, sampai akhirnya aku terkejut akan, 
"Alah fer, gak usah sok-sokan lu. Hibur dulu si Unge tu, udah patah hati dia"
"Mana bisa aku paksa, dia sukanya sama yang jauh. Aku hanya gajah dipelupuk mata do"
"Ini maksudnya apa" pikirku. Aku terbengong dan tak tahu apa yang kupikirkan.
Tiba-tiba aku dapat sms lagi.
"Unge, udah tidur? ngobrol yuk?" - Ferdi
Entah kenapa, tak pernah seperti ini, aku gugup. Ferdi jarang meneleponku jika tidak ada hal penting. HP ku berdering tiga kali, kuputuskan menekan tombol hijau disebelah kiri. 
"Halo perde, ada apa, tumben lu telpon"
"Nge... gue didepan rumah lo nih"
Aku bukakan pintu rumah dengan pelan. Walau masih pukul 9, tapi aku minta Hilma menemaniku keluar, bukan karna takut Ferdi, tapi jujur, takut hantu dan takut ditanyai orang rumahku.
"Ya ampun ngapain lo per? Hahaha"
Ekspresi pertamaku melihat Ferdi berpakaian rapi, dengan sepotong cokelat dan ice cream ditangannya. 
"Selamat ulangtahun Unge, sorry ya, gue ga bisa jadi kayak Dimas untuk nyari perhatian lu, atau ga sesempurna Malik. Cuma ini, semoga kamu suka"
*nangis*, karena Ferdi tak pernah segininya. 
"Makasih perdee, tapi kok lo... HAH?" Aku terkejut.
"Kenaaak, surpriiiise!!!" 
Ternyata Aya, Rara, Rido pun disana. Bersama seseorang yang membawa cake ulangtahun lengkap dengan lilin angka 17, "DIMAS!!". Mereka menyanyikan lagu kebangsaan hari ini. Kutiupkan lilinnya, dan menangis tersedu. Lalu aku bergurau serius, "idupin lagi lah, biar tiup nya bareng Rara". Mereka menuruti kata sang ratu. 
"Kan gue udah bilang, bakal gue jadiin ini sweet seventeen lo nge" cetus Ferdi.
"Penipu lu per, sumpah kaget!"
"Happy birthday nge, sorry ya telat" Dimas akhirnya bicara, ku pikir dia tunawicara sebelumnya.
"Banget telatnya, makasih ya semuanya!" jelasku.
[Kelanjutannya? Kami menjadi teman yang baik😊
Aku masih padamu, Malik.]

The end.

Postingan populer dari blog ini

Australia Awards Scholarship Application Experience!

Accepting, letting go, healed.

My memories of Him