Australia Awards Scholarship Application Experience!

p.s. Tulisan ini berisi dan berdasarkan pengalaman dan cerita pribadi hingga tentu akan lebih bijak untuk kamu memilah mana yang baik diambil dan pelajari lebih lanjut. You're going to read many many "Alhamdulillah" in this story hehe, cause I cannot help myself feeling so grateful for all things that happen in my life, ups and downs. 

Tentang AAS 
Australia Awards Scholarship (AAS), spesifiknya Long Term Awards yang akan aku bahas berikut, adalah beasiswa untuk melanjutkan studi master/pascasarjana dan PhD dari DFAT (Pemerintah Australia) atas dasar tujuan kerjasama antar-negara dan pembangunan. Untuk setiap masyarakat Indonesia, tentu siapa saja boleh mendaftar beasiswa ini asalkan memenuhi persyaratan yang bisa dipelajari di website Australia Awards Indonesia (https://www.australiaawardsindonesia.org/content/12/long-term-awards). Australia Awards Indonesia team juga hampir selalu mengadakan acara sesi informasi Beasiswa Australia Awards yang bisa dikunjungi terutama untuk Area Fokus Geografis, disini kita bisa memahami tentang skema, persyaratan dan cara applynya juga. 

(personal opinion: tidak salah jika AAS disanjungkan sebagai beasiswa dengan priviledge tertinggi. Alhamdulillah, belum dapat beasiswanya saja kita sudah dianugrahi banyak priviledge nya, temans, mari apply! :)) 
Dan, Alhamdulillah 'ala kulli hal, ini adalah pengalaman beasiswa luar negeri pertamaku.

Persiapan
Januari 2019, aku mendaftar kursus TOEFL preparation di KIES Aceh. Tujuannya, aku membutuhkan sertifikat kemampuan bahasa inggris, yang pada saat itu, adalah salah satu syarat untuk melamar pekerjaan ataupun beasiswa, dimana aku baru menjadi seorang fresh-graduate. 
TBH, saat itu bagiku adalah masa krisis setelah lulus kuliah S1 karena belum memiliki pekerjaan tetap, hingga sebulan di awal tahun 2019, aku memutuskan untuk mempersiapkan diri, dimulai dari kursus TOEFL. Ternyata, saat itu, rata-rata teman sekelasku dikursus itu sedang dalam persiapan mendaftar beasiswa AAS. 
Nah, akhirnya aku juga memberanikan diri untuk mendaftar beasiswa ini.
Tanggal 1 Februari 2019, pendaftaran beasiswa ini dibuka untuk tahun intake 2020. Aku mulai dari mengeksplor websitenya, membaca panduan cara mendaftarnya termasuk syarat-syaratnya, tahapan seleksi, serta dokumen yang diperlukan. 
Dari website AAI, aku dirujuk untuk membuat akun di OASIS DFAT (portal pendaftaran beasiswa AAS). Ada sekitar 15 sections dari formulirnya untuk diisi, dimulai dari data diri, jurusan yang akan dipilih, dan lain-lain. 
Karena tahapan awalnya adalah seleksi berkas dan essay, aku langsung menuju ke policy handbook-nya dan membaca satu per satu syaratnya (hal yang WAJIB dilakukan), terutama syarat dokumen. Lalu, aku list apa saja yang perlu dipersiapkan. 
Aku mulai melengkapi syarat dengan ikut ujian TOEFL-ITP sekitar tanggal 12 Februari 2019. Nah, seminggu setelah nilai TOEFL keluar, aku merasa lega, karena bisa memenuhi persyaratan untuk daftar AAS, yaitu minimal 500 untuk pelamar master di GFA (daerah fokus geografis). Anyway, IELTS juga bisa digunakan untuk mendaftar AAS (kindly check further updates on the website before applying!).

Barulah kemudian, aku lanjutkan dengan mempersiapkan terjemahan beberapa dokumen seperti Akta Kelahiran, Ijazah, dan Transkrip S1 (well, aku tidak ingat apakah ini wajib atau tidak dan bisa saja kebijakan/panduan dapat berubah sewaktu-waktu, namun kala itu tetap aku persiapkan).

Reference Letter
Singkat cerita, sebelum ikut ujian TOEFL, aku mendaftar magang di salah satu Kantor Akuntan Publik di Banda Aceh, dan rekan pimpinannya adalah dosenku, yang kebetulan juga adalah alumni AAS. Selain itu, sebelum lulus sarjana, dosen pembimbingku juga pernah menyarankan untuk mendaftarkan AAS. Nah, beliau berdua adalah orang yang aku mintai surat rekomendasi atau reference letter pada saat itu. Namun, karena setelah baca handbook, ternyata untuk master, reference letter itu optional. Maka, aku hanya minta dari atasanku saat itu di KAP. Aku juga izin ke beliau untuk mendaftar beasiswa ini sebagai intern di kantor beliau pada masa itu. (Alhamdulillah, atas restunya juga mungkin aku bisa lulus. :))

Lanjut aplikasi tahap 1
Permagangan pertamaku dimulai dengan tugas perjalanan dinas ke luar kota. Sambil sela-sela waktu break di tempat kerja, aku menyempatkan membuka portal OASIS, melengkapi form dan upload dokumen. Aku juga research kampus dan program studi yang akan aku ambil. 

Yang paling susah menurutku ditahap ini adalah mencari kampus yang 'tepat' dan menjawab pertanyaan essay (pastinya).

Tips!
Untuk essay, yang aku lakukan adalah:
- memahami dengan baik pertanyaan-pertanyaannya
- membaca contoh essay dari senior ataupun dari hasil browsing di internet (note; ini hanya untuk gambaran essay yang akan ditulis seperti apa, be wise not to copy someone else's idea ya:))
- mulai menulis dengan list ide-ide pokok terlebih dulu untuk jawaban essaynya (misalnya tentang pengalaman: idenya aku menjelaskan tentang satu pengalaman volunteering dan organisasi yang membantu meningkatkan skill leadership dan communication) 
- menulis dan mereview berulang-ulang hasil jawaban sendiri.
- minta teman untuk proofread boleh saja, tapi menurut aku ada baiknya cobalah untuk terlebih dahulu review dan pahami hasil tulisan sendiri, sebelum minta orang lain proof-reading essay.

Jujur, sambil isi essay ini, aku sekaligus menjawab pertanyaan untuk refleksi diri sendiri seperti "kenapa ya aku perlu kuliah lagi?" dan "selesai kuliah nanti, apa yang bisa aku lakukan?". Menurutku, poin terpentingnya adalah menulisnya dengan sejujur-jujurnya (jadi diri sendiri sebenar-benarnya) dan tulislah secara terstruktrur agar mudah dipahami oleh reviewer. 

Batasan submit aplikasi AAS saat itu tanggal 30 April 2019, karenanya, aku bikin deadline masing-masing section di aplikasi selama bulan April. 
Mulai dari: cek ulang data diri dan dokumen; finishing essay; dan memilih kampus serta jurusannya. 
Melanjutkan sekolah juga kan butuh alasan selain menimba ilmu juga untuk persiapan karir dimasa depan, jadi harus matang-matang dipikirkan ini passionnya kemana (Yang akhirnya terjawab diminggu terakhir deadline:')). Begitu juga dengan pilihan kampus, walaupun semua kampus di Australia itu sudah pasti bagus menurutku, tapi tetap saja, butuh pertimbangan untuk pilih lokasi/kampus (kota) dengan kondisi yang cocok untuk aku bisa fokus belajar (p.s. tidak hanya dikelas ya). Kedua hal ini (pilihan jurusan dan kampus) menurutku penting dipikirkan alasannya karena itu termasuk juga dalam pertanyaan essay dan interview (se-pengalaman-ku ya). 


Submit!
Akhir april, to-do-list aplikasi AAS sudah tercheck list, semua deadlinenya juga terpenuhi. Setelah itu semua beres, yakinkan hati, jangan lupa berdo'a dan cek ulang aplikasinya. Kemudian, klik submit, sekian. Nah, yang penting sebelum menunggu pengumuman, tetap lakukan persiapan diri, mental dan kompetensi diri untuk hadapi semuanya. Karena apapun hasil yang kamu terima, itulah jawaban terbaik dari do'a kamu. (Me trying to remind myself)

Shortlisted! Alhamdulillah..
So, it was announced on June 28, 2019, at 12pm. 
Sebelum jam 12, aku di-chat salah satu temanku yang juga lagi deg-degan tunggu e-mail apakah shortlisted atau belum. And jeng jengggg... Alhamdulillah, both of us received the email and we're invited to the interview and IELTS Test, yang mana adalah tahap selanjutnya (kedua), juga yang terakhir untuk beasiswa ini. 


Selang waktu antara pengumuman ke interview dan IELTS test itu sekitar 1 bulan. Selama sebulan itu, aku dan temanku dengan giatnya mempersiapkan diri untuk JST Interview dan IELTS Test. 

*Nah, ini jadi salah satu tips daftar beasiswa (atau apa saja) menurutku, punya teman atau partner untuk berjuang sama-sama, tujuannya biar saling termotivasi dan saling sharing.
Persiapan diri untuk tahap 2 ini aku mulai dari bikin jadwal belajar yang cuma sebulan untuk IELTS dan interview. Saat itu aku masih bisa dibilang 'buta' tentang semuanya, jadi belajarnya memang benar-benar sampai tak kenal lelah (apalagi hari libur). Selain itu, aku berdo'anya 'lebih serius' dan 'banyak', karena ditahap ini aku mulai letakkan sedikit harapan untuk lulus dan lanjutkan sekolah (sebenarnya juga karena aku udah gagal tes kerja beberapa kali sebelum ini hihi curcol).


Thanks to ieltsliz.com, many YouTube videos, and other IELTS preparation websites and sources on the internet.
BTW, kamu juga bisa ikut kelas IELTS preparation kalau mau lebih serius dan mendapatkan support serta bimbingan dalam belajar. Untuk itu, persiapan budget juga penting dalam persiapan untuk apply beasiswa.
All efforts that you take, matter. There are many ways if there's a will. (another self-reminder!).

Tahap 2
Sampai akhirnya, hari H seleksi pun tiba, tanggal 19-20 July 2019 untuk IELTS TEST dan tanggal 23 July 2019 untuk JST Interview. Oh iya, JST Interview itu Joint Selection Team, saat itu interviewernya adalah dua orang profesor, dari Indonesia dan Australia. 
Pastinya deg-degan luar biasa, tapi Alhamdulillah, tiga hari itu berjalan lancar dan mulai menyerahkan semuanya ke Yang Maha Kuasa.

Tips!
- Baca lagi form aplikasi kamu, termasuk essay yang sudah dilampirkan ketika mendaftar. Pertanyaan-pertanyaan interview, biasanya, tidak jauh-jauh dari apa yang sudah kamu tulis. 
Malah, interview ini dapat menjadi suatu kesempatan untuk kamu menjelaskan lebih jelas lagi isi tulisan kamu. Clarify your points and be well-structured in answering the questions.
- Meskipun terdengar silly, jangan lupa set reminder/alarm jadwal tes kamu sehari sebelumnya. 
Bagi aku yang mudah gugup, ini membantu untuk lebih fokus menenangkan diri dan pikiran. 
Berdo'alah dan minta restu orang tua. I know it sounds cliché, but it does matter. 

And finally on August 28, 2019, Alhamdulillah. 



I got this precious chance.
Although I had to defer my study to 2022, still that's for the best, I hope. 
Wish me lots of luck on my Grad school journey, abroad, fellas!
And hopefully will continue to write many stories #livinginmelbourne(Una's version) (??) 

Love, 
Una.



March 2020 - PDT AAS 4.5 months in Jakarta
2022 - Australia Awards Mid-year Events in Melbourne 


Postingan populer dari blog ini

Accepting, letting go, healed.

My memories of Him